Dapat uang melalui internet

Labels

WISATA LEANG-LEANG

                                                                 Leang-leang

LEANG-LEANG

LEANG-LEANG

1.    Selayang pandang
Prasejarah leang-leang merupakan objek wisata andalan kabupaten maros yang berada tidak jauh dari taman wisata alam air terjun bantimurung. Leang-leang dalam bahasa lokal yang  berarti gua. Di sekitar taman prasejarah ini terdapat banyak gua yang memiliki peninggalan arkeologis yang sangat unik dan menarik.


TANGGA GUA
Pada tahun 1950, Van Heekeren dan Miss Heeren Palm menemukan gambar gua prasejarah (rock painting) yang berwarna merah di Gua Pettae dan Petta Kere. Van Heekeren  menemukan gambar babi rusa yang sedang meloncat yang di bagian dadanya  tertancap mata anak panah, sedangkan Miss Heeren Palm menemukan gambar telapak tangan wanita dengan cat warna merah. Menurut para ahli arkeologi, gambar atau  lukisan prasejarah tersebut sudah berumur sekitar 5000 tahun silam. Dari hasil  penemuan itu, mereka menduga bahwa gua tersebut telah dihuni sekitar tahun  8000-3000 sebelum Masehi.
Untuk melestarikan dan memperkenalkan  gua-gua yang merupakan sumber informasi prasejarah tersebut, maka sejak tahun 1980-an pemerintah setempat mengembangkannya menjadi tempat wisata sejarah  dengan nama Taman Wisata Prasejarah Leang-Leang. Saat ini, pemerintah setempat  telah merencanakan membangun beberapa sarana dan prasarana di sekitar tempat  wisata tersebut, seperti cottage, baruga (Gedung) pertemuan dan saluran air bersih.
B. Keistimewaan
Taman Prasejarah Leang-Leang yang  terletak pada deretan bukit kapur yang curam ini merupakan obyek wisata yang memiliki nilai-nilai sejarah yang sangat menarik. Di tempat ini para pengunjung  dapat menyaksikan berbagai macam peninggalan nenek moyang, seperti lukisan prasejarah berupa gambar babi rusa dan puluhan gambar telapak tangan yang  melekat pada dinding-dinding gua. Gambar-gambar yang berwarna merah marum  tersebut bahan pewarnanya terbuat dari bahan alami yang sulit terhapus. Menurut para ahli tangan, gambar telapak tangan tersebut adalah milik salah satu anggota suku yang telah mengikuti ritual potong jari sebagai tanda berduka atas  kematian orang terdekatnya.
Selain itu, pengunjung juga dapat menyaksikan berbagai peralatan yang terbuat dari batu, sisa-sisa makanan berupa tulang binatang dan benda-benda  laut berupa kulit kerang yang berjumlah banyak. Di salah satu batu di mulut gua terlihat jelas kulit kerang terdapat menempel bersatu dengan batu gua itu. Para ahli memperkirakan bahwa berabad-abad lalu Kabupaten  Maros merupakan lautan yang bersatu dengan Laut Jawa.



Di sekitar Taman Prasejarah  Leang-Leang juga terdapat banyak gua-gua lainnya yang memiliki karakteristik  berbeda dan menyimpan peninggalan prasejarah dengan masing-masing keunikannya,  seperti: Leang Bulu Ballang yang menyimpan senjumlah mollusca, porselin dan gerabah, serta dinding-dindingnya dapat dimanfaatkan sebagai areal  panjat tebing; Leang Cabu yang sudah sering dijadikan sebagai tempat latihan  para pemanjat tebing, dan di hadapan mulut leang ini, tampak aktivitas  pertambangan batu kapur serta hamparan sawah yang luas; dan Leang Sampeang yang  memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh leang lainnya, yaitu terdapat gambar manusia berwarna hitam. Kesemua leang tersebut memiliki jarak yang relatif dekat antara satu dengan yang lainnya, sehingga mudah untuk dikunjungi.
C. Lokasi
Taman Prasejarah Leang-Leang terletak di Kelurahan Leang-Leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi  Selatan.
D. Akses
Taman Prasejarah Leang-Leang terletak  sekitar 11 km dari Kota Maros. Jika berangkat dari terminal Daya Makassar menuju Pasar Maros, perjalanan dapat ditempuh selama 1 jam dengan menggunakan angkutan  umum berupa mobil pete-pete (mikrolet). Di Pasar Maros, kemudian naik pete-pete menuju Bantimurung. Di Bantimurung kemudian naik ojek selama 10 menit menuju Taman Wisata Leang-Leang.
E. Akomodasi dan Fasilitas
Di sekitar lokasi telah tersedia  beberapa tempat menginap berupa wisma.
Peradaban manusia purba di gua leang-leang
Tanda peradaban yang sangat tua tersimpan di Taman Prasejarah Leang-Leang. Bukan fosil purba, melainkan lukisan di dinding gua. Para arkeolog memperkirakan, lukisan-lukisan itu dibuat 5.000 tahun silam. Ini adalah obyek wisata yang unik dan langka. Leang-leang merupakan bagian dari ratusan gua prasejarah yang tersebar di perbukitan cadas (karst) Maros-Pangkep. Leang dalam bahasa Makassar berarti gua (Bahasa Indonesia: liang yang berarti lubang). Obyek wisata prasejarah seperti Leang-leang jarang ditemui di dunia. Apalagi yang berada di kawasan karst luas. Gua-gua tersembunyi di antara batu-batu cadas yang menjulang dan kaya akan vegetasi serta biota. Lukisan dan peninggalan manusia prasejarah di Leang-leang memberikan petunjuk tentang peradaban nenek moyang manusia. Peninggalan arkeologis bercerita banyak hal. Adalah Van Heekeren dan Miss Heeren Palm, dua arkeolog Belanda, yang menemukan gambar-gambar pada dinding gua (rock painting) di Gua Pettae dan Petta Kere, dua gua di Leang-leang, pada tahun 1950. Gambar-gambar itu dominan berwarna merah. Mereka terkesima terhadap peninggalan prasejarah itu dan segera merekonstruksi cerita di balik pembuatan gambar-gambar itu.
Gua Pettae menghadap ke barat. Tinggi mulut gua delapan meter dan lebar 12 meter. Peninggalan yang ditemukan pada gua ini adalah berupa lima gambar telapak tangan, satu gambar babi rusa meloncat dengan anak panah di dadanya, artefak serpih, bilah serta kulit kerang yang terdeposit pada mulut gua. Untuk mencapai gua ini wisatawan harus menaiki 26 anak tangga. Sementara Gua Petta Kere berada 300 meter di sebelah Gua Pettae. Mulut gua menghadap ke barat. Terdapat teras pada mulut gua selebar satu atau dua meter yang berfungsi sebagai pelataran gua. Peninggalan yang ditemukan pada gua ini adalah dua gambar babi rusa, 27 gambar telapak tangan, alat serpih bilah, dan mata panah. Untuk mencapai gua ini wisatawan harus mendaki 64 anak tangga.
Gambar-gambar pada dinding gua dan alat-alat yang mereka tinggalkan menceritakan kehidupan sosial mereka, termasuk aktivitas dari kepercayaan yang mereka anut saat itu. Salah satu gambar telapak tangan diperkirakan sebagai cap telapak tangan milik salah satu anggota suku yang telah mengikuti ritual potong jari. Ritual itu dilakukan sebagai tanda berduka atas kematian orang terdekatnya.
Para arkeolog memperkirakan, gambar-gambar itu sudah berumur sekitar 5.000 tahun lebih. Gua-gua tersebut telah dihuni sekitar tahun 8000- 3000 sebelum Masehi. Gambar-gambar yang berwarna merah marum terbuat dari bahan pewarna alami yang dapat meresap kuat ke dalam pori-pori batu sehingga tidak bisa terhapus dan bertahan ribuan tahun.
Keberadaan gua-gua tersebut juga menceritakan pola migrasi manusia prasejarah dan lingkungan saat itu. Pulau Sulawesi merupakan daerah lintasan strategis dalam jalur migrasi penduduk dari daratan Asia ke Pasifik selatan. Gua-gua adalah satu-satunya tempat yang ideal untuk berlindung, baik sebagai tempat tinggal ataupun sekedar transit. Sementara kulit-kulit kerang yang terdeposit di mulut gua menunjukkan, ketika manusia gua tinggal di tempat tersebut, permukaan air laut berada setinggi 80 meter dari daratan yang ada sekarang.
Pemandangan yang mengelilingi kawasan Leang-leang sangat indah. Yang paling terlihat adalah tebing-tebing curam yang menjulang tinggi. Ni Gan picnya bahwa manusia purba jaman dulu pernah tinggal di gua leang-leang silakan di lihat
Lokasi: Kelurahan Leang-Leang Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Luas Kawasan: sekitar 1,5 hektar
Jarak dan Waktu Perjalanan : Jarak yang harus ditempuh adalah 30 Km atau 1 jam dari Makassar ke Maros. Sedangkan jarak dari Maros ke lokasi situs adalah 13 Km atau sekitar 45 menit karena jalan yang dilalui kurang bagus. Jadi total keseluruhan jaraknya sendiri adalah 43 Km dan waktu perjalanan yang harus ditempuh adalah 2 jam.
Akses Kendaraan: Untuk mencapai lokasi ini dapat ditempuh dengan menggunakan mobil atau sepeda motor. Sedangkan jika ingin menggunakan pete-pete (angkot-red), rute yang harus ditempuh adalah: Pete-pete 05 - turun di Jalan Perintis Kemerdekaan - nyambung pete-pete jurusan Daya - turun di Terminal Daya - naik pete-pete jurusan Maros - turun di terminal Maros - naik pete-pete tujuan Bantimurung - turun di lorong menuju Leang-Leang - tiba di Leang-Leang.  Bisa juga dengan langsung mengambil pete-pete jurusan Bantimurung dan turun di lorong menuju Taman Prasejarah Leang-Leang. Atau dengan mencarter mobil untuk menuju Taman Leang-Leang.
Hasil Pengamatan :
Taman Prasejarah Leang-Leang sebagai obyek wisata andalan Sulawesi Selatan, memiliki pemandangan yang cukup indah, dihiasi dengan tebing-tebing curam yang menjulang tinggi di sekitar taman, perkebunan di seberang jembatan yang ditanami sesuai musim serta pohon-pohon rindang. Memiliki hawa yang sejuk yang dipadukan dengan suara air sungai yang mengalir di taman prasejarah ini dan terdapat 4 gazebo yang bisa digunakan para pengunjung jika mengunjungi taman ini untuk sekedar duduk-duduk dengan keluarga atau pasangannya. Taman ini terdapat dua gua (leang) yang menjadi daya tarik utama para pengunjung. Dengan stalaktit indah yang terus meneteskan air.
Adapun dua gua tersebut adalah: Leang Pettae, terletak pada posisi astronomis 04º58'44.6"LS dan 119º40'30.5"BT dengan ketinggian 50 m dpl. Arah mulut gua menghadap ke sebelah barat dengan ukuran tinggi 8m dan lebar 12m. Suhu udara di dalam gua sekitar 30º C dengan kelembaban 70% dalam rongga gua, sementara kelembaban dinding gua berkisar antara 15% - 25%. Peninggalan-peninggalan yang ditemukan pada gua ini adalah berupa 5 gambar telapak tangan, satu gambar babi rusa, artefak serpih bilah serta kulit kerang yang terdeposit pada mulut gua. Untuk mencapai gua ini kita harus menaiki beberapa tangga yang berjumlah 26 buah.
Gua ini merupakan awal dari penelitian-penelitian terhadap gua-gua prasejarah dan awal penemuan lukisan yang terdapat di Kabupaten Maros. Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 1950 oleh Van Heekeren dan Miss Heeren Palm. Heekern menemukan gambar babi rusa yang sedang meloncat yang bagian dadanya terdapat mata panah menancap, sedangkan Miss Heeren Palm menemukan gambar telapak tangan dengan latar belakang cat merah.
Sejak itulah penelitian-penelitian di kawasan karst Maros-Pangkep dilakukan lebih intensif dan menghasilkan data yang melimpah tentang jejak hunian prasejarah di kawasan tersebut berdasarkan hasil pendataan terakhir yang dilakukan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar terdapat 100-an leang prasejarah yang tersebar di kawasan karst Maros-Pangkep.
Leang Petta Kere, berada 300 m di sebelah timur Leang Pettae pada posisi 04º58'43.2"LS dan 119º40'34.2"BT. Leang ini berada pada ketinggian 45 m dpl dan 10 m dpl. Meskipun berada pada tebing bukit, pada bagian pintu gua yang menghadap ke sebelah barat masih terdapat lantai yang menjorok keluar selebar 1-2 m dan berfungsi sebagai pelataran gua. Leang Petta Kere termasuk gua dengan tipe kekar tiang. Suhu udara di dalam gua sekitar 27 C dengan kelembaban rongga gua sekitar 65% sementara kelembaban pada dinding gua berkisar antara 17%-22%. Utuk mencapai gua ini kita harus menaiki anak tangga sebanyak 64 buah. Peninggalan yang ditemukan pada leang ini berupa 2 gambar babi rusa dan 27 gambar telapak tangan, alat serpih bilah dan mata panah
Mesolitihkum (batu tengah)
Ciri dari jaman ini adalah peralatan dari batu yang telah diasah bagian yang tajamnya. Jaman ini merupakan peralihan dari palleolithikum ke neolithikum. Yang menarik dari jaman messolithikum adalah ditemukannya tumpukan sampah dapur yang kemudian diberi istilah kjokkenmoddinger dan abris sous roche oleh penelitinya yaitu Callenfels (dijuluki bapak pra sejarah).
Kjokkenmoddinger adalah tumpukan kulit kerang dan siput yang telah membatu, banyak dijumpai di pinggir pantai. Sedangkan abris sous roche adalah tumpukan dari sisa makanan yang telah membatu di dalam gua. Cara hidup messolhitikum adalah sebagian masih food gathering dan berburu tetapi sebagian telah menetap dalam gua dan bercocok tanam sederhana (berladang) menanam umbi-umbian. Telah pula menjinakan hewan dan menyimpan hewan buruan sebagai langkah awal untuk berternak.
Mereka telah membuat gerabah, mengenal kesenian dalam bentuk lukisan di dinding gua (lukisan gua) ketika mereka telah menetap. Lukisan tersebut berupa gambar telapak tangan berlatar belakang warna merah, gambar babi rusa yang tertancap panah (di Gua Leang-leang – Sulsel), penelitinya dilakukan oleh Heekren Palm, 1950.

1.    Sejarah Penemuan Gua Leang-Leang
Sebuah gua dengan stalaktif dan stalakmitnya yang menakjubkan dan apabila kita berada dalam gua tersebut serasa di alam mimpi..Beberapa kilometer sebelum jalan berbelok menuju ke Bantimurung terdapat Gua Leang Leang. Gua ini diperkirakan menjadi tempat kediaman manusia purba yang hidup di daerah ini pada masa 8000 hingga 30.000 tahun yang lalu. Di dalam gua terdapat lukisan tua yang dilukis pada dinding gua yang diperkirakan berusia 5000 tahun SM.
Di wilayah ini terdapat sedikitnya 60 gua. Salukan Karang adalah gua terbesar di wilayah ini dengan panjang mencapai 11 Km namun tidak semua pengunjung diperbolehkan masuk ke gua ini. Tempat yang disebut juga Taman Prasejarah Leang-leang ini terletak pada deretan bukit kapur yang curam dan para arkeolog berpendapat bahwa beberapa gua yang terdapat di sekitar kawasan tersebut pernah dihuni manusia yang ditandai dengan lukisan prasejarah berupa gambar babi rusa serta puluhan gambar telapak tangan yang ada pada dinding- dinding gua. Selain lukisan prasejarah, juga terdapat benda laut berupa kerang yang menandai bahwa gua tersebut juga pernah terendam dan dikelilingi oleh laut.
Obyek Wisata Alam Gua Pattunuang selain kaya akan stalaktit dan stalakmit yang menakjubkan, juga panorama alam sekitarnya sangat menawan dan indah. berbagai spesies flora dan fauna yang tergolong langka dapat dijumpai ditambah dengan bentangan pegunungan yang curam dan bertebing. Gua leang-leang mulai dipugar pada tahun 1977 lalu diresmikan 10 januari 1980 oleh Menteri Dr. Da’ Yusuf. Dan dijadikan taman wisata yang dilindungi.
2.    Para Ahli Melakukan Penelitian Di Gua Leang-Leang
Gua ini merupakan awal dari penelitian-penelitian terhadap gua-gua prasejarah dan awal penemuan lukisan yang terdapat di Kabupaten Maros. Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 1950 oleh Van Heekeren dan Miss Heeren Palm. Heekern menemukan gambar babi rusa yang sedang meloncat yang bagian dadanya terdapat mata panah menancap, sedangkan Miss Heeren Palm menemukan gambar telapak tangan dengan latar belakang cat merah. Sejak itulah penelitian-penelitian di kawasan karst Maros-Pangkep dilakukan lebih intensif dan menghasilkan data yang melimpah tentang jejak hunian prasejarah di kawasan tersebut berdasarkan hasil pendataan terakhir yang dilakukan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar terdapat 100-an leang prasejarah yang tersebar di kawasan karst Maros-Pangkep.
3.    Peninggalan-Peninggalan Budaya Di Gua Leang-Leang
Leang Petta Kere, berada 300 m di sebelah timur Leang Pettae pada posisi 04º58'43.2"LS dan 119º40'34.2"BT. Leang ini berada pada ketinggian 45 m dpl dan 10 m dpl. Meskipun berada pada tebing bukit, pada bagian pintu gua yang menghadap ke sebelah barat masih terdapat lantai yang menjorok keluar selebar 1-2 m dan berfungsi sebagai pelataran gua. Leang Petta Kere termasuk gua dengan tipe kekar tiang. Suhu udara di dalam gua sekitar 27 C dengan kelembaban rongga gua sekitar 65% sementara kelembaban pada dinding gua berkisar antara 17%-22%. Utuk mencapai gua ini kita harus menaiki anak tangga sebanyak 64 buah. Peninggalan yang ditemukan pada leang ini berupa 2 gambar babi rusa dan 27 gambar telapak tangan, alat serpih bilah dan mata panah.
Yang ada didalam gua leang –leang adalah :
- Telapak tangan
- Gambar babi rusa yang didadanya terdaat tancapan panah
- Gamabar babi
- Alat-alat mata panah
- Kapak dari batu
- Oker untuk pewarna merah
- Fosil-fosil sisa makanan berpa kulit kerang
4.  Arti Dan Makna Hasil-Hasil Budaya Di Gua Leang-Leang
Dari penemuan-penemuan yang didaptkan dalam gua leang-leang diperkirakan bahwa manusia yang hidup pada saman itu masih menggunakan alat pemotong tradisional, dan mereka sudah mengenal tentang berburu tapi masih pindah-pindah.
Gambar telapak tangan dipercaya sebgai penolak bala roh jahat yang akan mengganggu. Babai rusa yang didadanya tertancapa panah sebagai symbol saaat berburu bias berhasil. TElapak tangan yag berjari empat di yakini sebagai bentuk turut berkabung jika ada anggota yang meninggal.
ASPEK KEHIDUPAN MASYARAKAT DI GUA LEANG-LEANG
1.    Religi
Religi masayarakat di gua leang-leang adalah menganut paham animisme (percaya terhadap roh nenek moyang) serta dinamisme ( percaya terhadpa benda-benda gaib).
2. Politik
Mereka diperkirakn hidup berkelompok, dan memilikh kepala suku yang dapat melindungi mereka dan mengatur hidup mereka serta memberikan rasa aman untuk kelompoknya.
3. Ekonomi
Kelompok yang hidup di goa leang-leang masih sederhana dengan mengandalakan berburu rusa atau babi hutan serta dilaut dengan mencari ikan.

4. Sosial
Mereka juga hidup dengan cara berpindah dari goa satu ke goa lain, untuk keamaa dan mencari sumber makanan yang kebih banyak.
5. Budaya
Karena meraka belum berfikir tentang bagimana lebih hidup lebih baik, mereka Cuma memikirkan bagaimana melindungi anggota lain serta non maden, sehingga bidaya mereka Cuma bentuk paham-paham sering pindah-pindah. Mereka juga sedah menghasilkan alat-alat berburu walaupun terbuat dari batu.

WISATA BANTIMURUNG

                                               SEJARAH BANTIMURUNG
Wisata alam air terjun bantimurung di kabupaten  maros ,Sulsel ini menyimpan sejarah panjang di balik namanya yang terkenal. Dalam Perjanjian Bungaya I dan II (1667-1669), Maros ditetapkan sebagai daerah yang dikuasai langsung oleh Belanda. Hal ini menjadikan bentuk-bentuk pemerintahan atau kerajaan-kerajaan kecil yang berada di dalam wilayah Kerajaan Maros diformulasikan dalam bentuk Regentschaap yang dipimpin oleh penguasa bangsawan lokal bergelar Regent (setingkat bupati).Setelah itu, Maros berubah menjadi Distrik Adat Gemenschaap yang dipimpin oleh seorang kepala distrik yang dipilih dari bangsawan lokal dengan gelar Karaeng, Arung atau Gallarang. Kerajaan Simbang merupakan salah satu Distrik Adat Gemenschaap yang berada dalam wilayah Kerajaan Maros. Distrik ini dipimpin oleh seorang bangsawan lokal bergelar Karaeng.
Pada sekitar tahun 1923, Patahoeddin Daeng Paroempa, menjadi Karaeng Simbang. Ia mulai mengukuhkan kehadiran kembali Kerajaan Simbang dengan melakukan penataan dan pembangunan di wilayahnya. Salah satu program yang dijalankannya ialah dengan melaksanakan pembuatan jalan melintas Kerajaan Simbang agar mobilitas dari dan ke daerah-daerah di sekitarnya menjadi lancar.
Pembuatan jalan ini, rencananya akan membelah daerah hutan belantara. Namun, suatu waktu pekerjaan tersebut terhambat akibat terdengarnya bunyi menderu dari dalam hutan yang menjadi jalur pembuatan jalan tersebut.
Saat itu, para pekerja tidak berani melanjutkan pekerjaan pembuatan jalan. Karena suara gemuruh tersebut begitu keras. Karaeng Simbang yang memimpin langsung proyek ini lalu memerintahkan seorang pegawai kerajaan untuk memeriksa ke dalam hutan belantara asal suara itu.
Usai sang pegawai kerajaan melakukan pemeriksaan lokasi, Karaeng Simbang lalu bertanya; “Aga ro merrung?” (Bahasa Bugis; suara apa itu yang bergemuruh?).
“Benti, Puang,“ (Air, Tuanku), jawab sang pegawai tadi. "Benti", adalah Bahasa Bugis halus atau tingkat tinggi untuk air. Kosa kata seperti ini biasanya diucapkan oleh seorang hamba atau rakyat jelata ketika bertutur dengan kaum bangsawan. Mendengar laporan tersebut, Karaeng Simbang lalu berkenan melihat langsung asal sumber suara gemuruh dimaksud.
Sesampainya di tempat asal suara, Karaeng Simbang terpana dan takjub menyaksikan luapan air begitu besar merambah batu cadas yang mengalir jatuh dari atas gunung. Beliau lalu berujar; “Makessingi kapang narekko iyae onroangngnge diasengi Benti Merrung!“ (Mungkin ada baiknya jika tempat ini dinamakan air yang bergemuruh).


Kampung baru
Berawal dari kata Bentimerrung  inilah kemudian berubah bunyi  menjadi bantimurung. Penemuan air terjun tersebut membuat rencana pembuatan jalan tidak dilanjutkan. Malah, daerah di sekitar air terjun tersebut dijadikan sebagai sebuah perkampungan baru dalam wilayah Kerajaan Simbang. Kampung ini dikepalai oleh seorang kepala kampung bergelar Pinati bantimurung.
Saat ini, Bantimurung menjadi salah satu kecamatan dalam wilayah Kabupaten Maros, begitu pula Simbang. Sedangkan air terjun bantimurung menjadi kawasan wisata alam. Air terjun ini berasal dari luapan air yang mengalir jatuh dari atas, merambah batu cadas dengan ketinggian kurang lebih 30 meter dari permukaan tanah. Air terjun ini menggemuruh sepanjang hari sehingga menjadikannya tempat rekreasi yang sangat populer.
Kawasan wisata alam bantimurung terletak di lembah bukit kapur. Dikelilingi pemandangan indah dan berhawa sejuk. Lokasi ini mudah dicapai karena kendaraan umum dari dan ke lokasi selalu tersedia. Apalagi jaraknya hanya sekitar 12 kilometer dari ibukota Kabupaten Maros, atau sekitar 45 kilometer dari pusat kota Makassar.
Selain air terjun, terdapat objek wisata lain di sekitar kawasan ini yakni goa mimpi dan goa batu. Goa mimpi merupakan salah satu tempat yang digemari. Karena di dalam goa terdapat stalaktit (relief batu yang terbentuk dari tetesan air dan menggantung di atas langit-langit goa) indah dengan kumpulan kristal.
Di sekelilingnya diterangi lampu sehingga memperindah suasana di dalam goa. Inilah yang membuatnya disebut goa mimpi karena ketika berada di dalamnya, kita seakan-akan berada dalam mimpi. Selain itu, kondisi alam tropis yang subur menjadikan kawasan ini sebagai pemukiman ideal bagi berbagai jenis kupu-kupu. Saat ini tercatat sekitar 150 spesies kupu-kupu yang hidup di sini. Beberapa diantaranya merupakan spesies khas yang sulit ditemui di daerah lain. Tak heran bila tempat ini pernah terpilih sebagai pelaksana konferensi internasional kupu-kupu.
Dalam mempromosikan kawasan wisata alam bantimurung, Pemerintah Daerah Kabupaten Maros pernah membuat akronim nama Bantimurung yang mirip parodi yaitu, Banting Murung, tempat anda membanting kemurungan.
Adapun Karaeng Simbang wafat pada tahun 1957 dan dimakamkan di Belakang Masjid Pakalu (salah satu kampung dalam wilayah Kerajaan Simbang, sekarang bernama Lingkungan Pakalu dalam wilayah Kecamatan Bantimurung, yang dibangun dengan dana swadaya di atas tanah pribadinya. Karena itulah ia bergelar Matinroe ri Masigi’na (yang dimakamkan di mesjidnya). Nama lengkapnya, Patahoeddin Daeng Paroempa Sultan Iskandar Muda Matinroe ri Masigi’na.
Menurut Sejarah bantimurung berasal dari kata Bentimerrung dan sekarang menjadi Bantimurung.Bantimurung merupakan taman nasional wisata alam Indonesia. Terdapat banyak sekali wisata alam yang ditawarkan di tempat wisata yang ada di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan ini. Diantaranya adalah Air terjun bantimurung Penangkaran kupu-kupu, Goa, Cagar Alam dan lain-lain.
1. Air Terjun Bantimurung
A. Selayang Pandang
Air terjun bantimurung merupakan objek wisata alam di Sulawesi selatan yang sangat terkenal dan banyak dikunjungi wisatawan. Air terjun ini memiliki lebar 20 meter dan tinggi 15 meter. Airnya yang jernih dan sejuk meluncur dari atas gunung batu dengan deras sepanjang tahun. Di bawah curahan air terjun terdapat sebuah tempat pemandian dari landasan batu kapur yang keras dan tertutup lapisan mineral akibat aliran air selama ratusan tahun. Kedalaman air dipemandian ini antara mata kaki hingga ke pinggang.
B. Keistimewaan
Selain memiliki air terjun yang mempesona, kawasan wisata air terjun bantimurung juga menjadi habitat barbagai spesies kupu-kupu yang langkah, sehingga penjajah belanda pernah menjuluki tempat ini sebagai “Kindom of butterfly”. Bahkan, seorang naturalis asal inggris, Alfred Rassel Wallase, pernah tinggal dikawasan ini selama kurang lebih satu tahun (1856-1857) untuk meneliti 150 spesies kupu-kupu yang tergolong langkah itu. Hingga saat itu, para pengunjung masih dapat menyaksikan indahnya warna-warni kupu-kupu dengan berbagai spesies yang beterbangan ke sana-ke mari diantara bunga-bunga dan semak-belukar yang memenuhi gunung batu bantimurung.
C.Lokasi
Air terjun bantimurung berada di wilayah kecamatan bantimurung, kabupaten maros, provisi Sulawesi selatan.
D. Akses
Objek wisata air terjun bantimurung terletak sekitar 20 km dari bandara hasanuddin, 15 km dari kota maros, dan 50 km dari kota Makassar. Objek wisata ini dapat dicapai dengan menggunakan mobil pribadi dari kota Makassar sekitar 1 jam. Jika pengunjung dari bandara hasanuddin, perjalanan dapat ditempuh dengan mobil pete-pete (mikrolet) atau bus wisata sekitar 10 menit.
E. Harga tiket masuk
Harga tiket masuk sebesar Rp. 15.000 untuk orang dewasa dan Rp. 7.000 untuk anak-anak.


F. Akomodasi dan Fasilitas
Dilokasi wisata ini tersedia beberapa tempat peristirahatan bungalow dan wisma bagi para pengunjung yang ingin lebih lama menikmati keindahan alamnya. Di sepanjang jalan masuk ke lokasi terdapat sejumlah pedagang souvenir kupu-kupu berbentuk gantungan kunci ataupun hiasan dinding dengan harga bekisar antara Rp. 5000 hingga Rp. 25.000.
2. Penakaran Kupu-kupu
Saat berada di kawasan Taman Nasional Bantimurung, jangan lewatkan tempat penangkaran kupu-kupu yang berada tidak jauh dari loket pembelian karcis masuk. Sebaiknya anda mengunjungi tempat ini dahulu sebelum masuk lebih dalam ke kawasan Taman Nasional agar dapat lebih mengerti segala hal yang berhubungan dengan siklus hidup kupu-kupu dengan melihatnya secara langsung.

Ada 2 kerangkeng besar ditempat penangkaran tersebut yang berisi beberapa jenis kupu-kupu. Mulai dari telur, larva/ulat, pupa/kepompong, hingga kupu-kupu dewasa dapat dijumpai di tempat.
ini. Umur yang relatif pendek (39 hingga 53 hari) dengan empat tahapan menarik dalam kehidupan seekor kupu-kupu. Petugas penangkaran akan dengan senang hati memberi penjelasan mengenai siklus hidup kupu-kupu.

Ternyata untuk dapat menjadi seekor kupu-kupu dewasa tidaklah mudah. Mulai sejak masih berbentuk telur hingga menjadi kupu-kupu dewasa penuh dengan ancaman (predator). Berbagai jenis serangga seperti laba-laba merupakan predator utama kupu-kupu.
Fasilitas penangkaran kupu-kupu pun juga melengkapi KTN Bantimurung sebagai bentuk nyata pelestarian habitat kupu-kupu. Di penangkaran buatan ini pun pengunjung bisa mengintip perkembangbiakan kupu-kupu secara langsung. Terdapat kurang lebih 103 jenis kupu-kupu yang ditemukan di sana.
Selain kupu-kupu, pengunjung dapat melihat beberapa ekor monyet yang bergelantungan di pohon-pohon yang rindang di sekitar bukit. Dulu habitat monyet juga memenuhi kawasan wisata ini, namun karena ulah manusia yang menangkap dan memburunya, monyet pun tersingkir dan populasinya menurun. Kini, pemerintah daerah setempat mulai melestarikan populasi monyet di KTN Bantimurung.
Ternyata kupu-kupu dan monyet bukan satu-satunya daya tarik Bantimurung, masih ada bonus luar biasa saat menyaksikan eksotisnya air terjun di antara bukit di Bantimurung. Pelangi pun tercipta di antara gerojokan air alam itu. Tidak sia-sia perjalanan saya kali ini hingga ke Bantimurung. Wisata yang layak Anda coba!



3.Gua Mimpi
Gua Mimpi Bantimurung Maros
Adalah pada kunjungan kedua ke Taman Nasional Bantimurung seorang pemandu wisata lokal mendekat dan menyapa, serta menawarkan jasanya untuk menemani ke Gua Mimpi, yang juga dikenal dengan nama Gua Jodoh. Saya pun menyetujui tawarannya, dan setelah berkunjung ke museum kupu-kupu dan memotret Air Terjun Bantimurung, kami pun mulai berjalan menuju ke arah Gua Mimpi Bantimurung.
Jalan ke Gua Mimpi Bantimurung melewati undakan di pinggir sebelah kiri Air Terjun Bantimurung yang tingginya sekitar 30 meter, dan lalu berjalan menyusuri jalan yang disemen selebar sekitar satu setengah meter yang ditembok di kiri kanannya. Lokasi Gua Mimpi Bantimurung berada sekitar 800 meter dari Air Terjun Bantmurung. Jalan ke arah Gua Mimpi Bantimurung relatif datar dan tidak memerlukan banyak usaha ekstra untuk sampai di sana.
Tembok semen yang memisahkan sungai dengan jalan ke Gua Mimpi Bantimurung, yang dibuat untuk mencegah tumpahnya air sungai ke jalan ketika musim penghujan tiba, saat ketinggian air sungai bisa hampir setinggi tembok pemisah ini. Air yang permukaannya terlihat tenang ini, memiliki arus bawah permukaan yang kuat.
Perjalanan ke Gua Mimpi Bantimurung juga melewati sebuah kawasan hutan belukar dimana suara monyet sangat jelas terdengar. Beberapa monyet terlihat berjalan dan berloncatan di cabang pohon yang tinggi, namun rimbun pohon dan posisi dahan membuat monyet-monyet itu sulit untuk dipotret.
Tepat sebelum sampai ke Gua Mimpi Bantimurung, terdapat sebuah air terjun kecil yang airnya jatuh ke sebuah danau dengan permukaan tenang dan terlihat menyejukkan, yang mudah menarik orang untuk berenang menikmati kesejukan airnya yang bening, tanpa mengetahui bahwa bahaya besar bisa mengancam dari dalam air danau yang terlihat tenang ini.
Danau yang tenang ini telah memakan beberapa korban, yang terbenam ke dasar danau karena arus pusar yang kuat, dengan korban terakhir seorang pelajar berusia 16 tahun yang mati tenggelam pada bulan Mei tahun lalu. Danau yang cantik ini karenanya terkenal dengan sebutan Danau Tengkorak. Danau ini sekarang tertutup bagi umum, dan pagar kawat dipasang untuk mencegah orang masuk ke area ini. Kecantikan memang bisa menyesatkan…
Kawasan hutan di sepanjang dinding perbukitan yang berada tepat di atas Danau Tengkorak,Sebelum masuk ke Gua Mimpi Bantimurung saya menyewa petromax seharga Rp.50.000, ditenteng oleh pemiliknya yang masuk bersama-sama ke dalam gua, karena di dalam gua tidak ada cahaya sama sekali. Pengunjung juga bisa menyewa senter seharga Rp.10.000.
Pemandangan indah di dinding mulut gua yang masih mendapat sorot cahaya matahari sore, dengan bentuk batuan unik sebagai hasil pencucian dan pelarutan batuan gamping (limestone) yang disebut karst. Bentuk batuan yang menyerupai muka dengan mata besar tertutup serta mulut dengan gigi tonggos tampak berada di sebelah kiri atas.




Geng Motor Merajahlela


GENG MOTOR
Geng motor adalah aksi brutal sekelompok anak remaja menggunakan sepeda motor.
Geng motor yang ada di Makassar Selawesi Selatan membuat warga semakin merasa resah akhir-akhir ini.Aksi Geng motor di Makassar kian anarkis.seperti yang terjadi di jalan latimojong dan jalan veteran Makassar,sehingga jalan tersebut ditutup dan pengguna jalan tidak dapat menggunakan jalan itu karena geng motor membuat kerusuhan sehingga untuk mencapai tujuannya pengguna jalan harus melewati jalan yang lain untuk sampai ketujuannya masing-masing.
GENG MOTOR

diduga bentrokan terjadi saat geng motor ini melakukan balapan liar di jalan ratulangi makassar dan warga pun kesal karena merasa terganggu dengan balapan itu kemudian warga melempari kelompok geng motor itu dengan batu dan balok.tidak menerima perlakuan itu,kelompok geng motor kemudian melakukan asksi balasan dengan merusak salah satu rumah warga di jalan ratulangi makassar.dalam hal ini polisi pun turun tangan untuk meredamkan masalah yang terjadi di jalan ratulangi makassar agar tidak menjadi masalah yang besar lagi.

GENG MOTOR

dan dalam Aksi Geng motor ini belasan anggota yang tertangkap dan langsung dibawa ke Kantor Mapolsekta Makassar,beserta sepeda motor yang digunakannya dalam penyerangan dan perusakan rumah warga di jalan ratulangi makassar.

Remaja Sebagai Penerus Bangsa


REMAJA PENERUS BANGSA 
Remaja jaman sekarang identik dengan kelabilan,dengan hal-hal yang negatif dan kebanyakan dari mereka belum mengerti apa peran remaja yang sesungguhnya..
Jika seperti ini akan sulit jika remaja harus meneruskan masa depan bangsa.kita yang seharusnya sebagai generasi muda penerus bangsa harusnya menyadari bahwa kita adalah generasi muda penerus bangsa yang ada di dalam proses pembangunan suatu bangsa.


REMAJA PENERUS BANGSA

Jika kita menginginkan negeri ini menjadi lebih maju,maka kita harus terus memperjuangkan proses pembangunan di negeri kita ini.Janganlah kita lepaskan tangan begitu saja,atau menyerahkan tanggung jawab kita sebagai generasi penerus kepada pihak lain,Karena peran generasi muda adalah untuk meneruskan semua perjuangan dari para generasi tua.Untuk memperbaiki generasi muda yang ada di Indonesia dibutuhkan peran penting pendidikan terutama pelajaran Sejarah Indonesaia karena pelajaran sejarah merupakan pondasi bagi generesi muda sebagai tombak masa depan bangsa.
Dengan begitu kita para remaja harus yakin bahwa kita mampu meneruskan perjuangan generasi tua dalam proses pembangunan bangsa dan sebagai tombak masa depan bangsa.

Masa Remaja


MASA REMAJA
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. sebenarnya masa remaja tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga termasuk golongan dewasa atau tua.
PERKEMBANGAN
Remaja juga berasal dari kata latin "adolensence" yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental,emosional,sosial,dan fisik.Remaja
Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara.

waktu usia remaja biasanya dibedakan menjadi tiga:
  • 12-15 tahun
  • masa remaja awal,15-18 tahun
  • masa remaja pertengahan,18-21 tahun
  • masa remaja akhir

Remaja dan Jerawat

JERAWAT 

remaja dan jerawat

jerawat adalah kondisi umum di mana pori-pori kulit tersumbat sehingga terbentuk kantung-kantung minyak yang terpadu dengan kotoran dan sel-sel kulit mati. Bakteri penyebab jerawat akan tumbuh dalam paduan ini dan berkembang biak. Jika keadaan ini dibiarkan maka pori-pori yang tersumbat akan membengkak dan akan terbentuk timbunan nanah. Apabila permukaan kulit telah matang maka akan pecah dan akan mengeluarkan nanah.

jerawat memang tak dapat dipisahkan dari kehidupan remaja.diperkirakan tiga dari empat remaja memiliki sejumlah jerawat.seringnya,jerawat menyerang kaum remaja yang sedang dalam masa pubertas.hal ini disebabkan karena perubahan hormon selama masa pubertas dapat merangsang kelenjar sebasea (kelenjar penghasil minyak)di kulit.kelenjar sebasea mengeluarkan lemak yang disebut sebum yang berfungsi untuk melumasi rambut dan kulit.selama masa pubertas,kelenjar sebasea menjadi lebih aktif dan menghasilkan minyak yang berlebihan.

remaja dan jerawat

jerawat dapat mengganggu penampilan dan kepercayaan diri seseorang.terlebih jika jerawat terjadi pada diri remaja.jerawat sembuh secara perlahan dan ada kemungkinan jika satu jerawat hilang akan muncul jerawat yang lain.ini yang membuat mereka yang berjerawat menjadi frustasi.diperlukan waktu bulanan bahkan tahunan untuk dapat mengatasi jerawat. jerawat dapat menimbulkan stres dan juga meninggalkan noda bekas jerawat.

Generasi Muda atau Generasi Murah

Masa muda adalah masa dimana peralihan antara masa kanak-kanak menuju pendewasaan,untuk lebih jelasnya penuturan para ahli tentang Remaja, Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan pengertian remaja menurut Zakiah Darajat (1990: 23) adalah:
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.


Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir.  Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006:  192)

Definisi remaja yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.